Perubahan Iklim Timur Nusantara

 

PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

ANCAMAN NYATA DAN HARAPAN DARI TIMUR NUSANTARA

 

Perubahan iklim bukan lagi isu masa depan—ia sudah hadir di depan mata kita. Suhu global yang meningkat, cuaca makin tidak menentu, hingga naiknya permukaan laut memberikan tekanan besar bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan dampaknya: kekeringan berkepanjangan, krisis air bersih, hingga ancaman bagi sektor pertanian dan perikanan yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Dalam konteks ini, menjaga lingkungan bukan hanya urusan alam, tetapi urusan manusia dan masa depan generasi kita.


 

Sinyal Bahaya: Data Perubahan Iklim yang Perlu Kita Perhatikan

Indonesia tercatat mengalami peningkatan suhu rata-rata 0,03–0,04°C per tahun dalam tiga dekade terakhir (BMKG). Dampaknya sangat dirasakan di wilayah semi-arid seperti NTT yang memiliki curah hujan lebih sedikit dibanding daerah lain di Indonesia. Beberapa indikator penting:

Dampak Iklim

Kondisi di Indonesia/NTT

Suhu Meningkat

Hari panas ekstrem lebih sering, mengganggu kesehatan & pertanian

Curah Hujan Tidak Merata

Musim kering lebih panjang, banjir saat musim penghujan

Krisis Air Bersih

> 480 desa di NTT dikategorikan rawan air (Data KLHK/BPBD)

Kenaikan Permukaan Laut

Mengancam pesisir, tambak, dan pemukiman pantai

Kebakaran Hutan/Lahan

Sering dipicu kekeringan panjang + hotspot meningkat

Sektor pertanian di NTT sangat bergantung pada hujan, sehingga keterlambatan musim hujan memicu gagal panen, penurunan produktivitas jagung, padi ladang, dan hasil biji-bijian lainnya. Akibatnya, ketahanan pangan daerah ikut terancam.


 

Lautan yang Berubah: Ancaman bagi Perikanan & Mangrove

Selain daratan, perubahan iklim juga memengaruhi laut tropis yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati perairan Indonesia. Pemanasan laut memicu pemutihan terumbu karang, padahal karang bukan hanya objek wisata—ia adalah penyangga hidup nelayan dan pelindung pantai.

Mangrove di NTT yang menjadi habitat banyak spesies dan penahan abrasi kini tertekan oleh kenaikan air laut dan perubahan garis pantai. Jika laut terganggu, ekonomi pesisir ikut terguncang.


 

Landasan Hukum: Negara Wajib Melindungi Lingkungan

Konstitusi menjamin hak rakyat atas lingkungan yang baik dan sehat: Pasal 28H Ayat 1 UUD 1945 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin … dan memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.” Penjabaran hukumnya tertuang dalam:

  • UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
  • UU No. 16 Tahun 2016 yang meratifikasi Paris Agreement
  • Perpres No. 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon
  • Perpres No. 60 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim
  • UU No. 31 Tahun 2009 Jo. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
  • Kebijakan rehabilitasi lahan & mangrove melalui KLHK & BRGM

Melalui regulasi tersebut, pemerintah pusat dan daerah berkewajiban:

  • mengurangi emisi gas rumah kaca (mitigasi)
  • memperkuat kesiapsiagaan menghadapi dampak iklim (adaptasi)

Indonesia menargetkan penurunan emisi 31,89% pada 2030 dengan upaya sendiri (NDC 2022).


 

NTT: Berjuang Menghadapi Kekeringan

Karakter iklim NTT yang kering membuat perubahan iklim terasa 3 kali lebih berat dibanding wilayah basah seperti Jawa dan Sumatera. Tantangan utama NTT:

  • Musim hujan makin singkat (kadang hanya 3 bulan)
  • Waduk dan embung mengering lebih cepat
  • Persediaan air tanah terbatas

Strategi adaptasi yang dijalankan:

  • Panen air hujan
  • Pembangunan embung desa
  • Sumur bor berbasis energi surya
  • Pengembangan pertanian tahan kering
  • Edukasi perubahan pola tanam

Solusi berbasis alam (nature-based solutions) semakin didorong, misalnya rehabilitasi daerah aliran sungai dan konservasi mangrove untuk menjaga siklus air.


 

Harapan dari Timur: Energi Terbarukan & Ekonomi Hijau

NTT justru memiliki peluang besar menjadi contoh transisi energi bersih:

  • Radiasi matahari sangat tinggi → PLTS berpotensi besar
  • Angin di pesisir selatan stabil untuk PLTB skala kecil
  • Sumber biomassa & panas bumi di beberapa titik

Investasi energi terbarukan dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kemandirian energi desa terpencil.


 

Peran Masyarakat: Kecil Tapi Berdampak Besar

  • Perubahan mulai dari langkah sederhana:
  • Menanam pohon dan melindungi hutan rakyat
  • Mengurangi sampah plastik sekali pakai
  • Menghemat air, memanen air hujan
  • Menggunakan transportasi ramah lingkungan
  • Mendukung kebijakan lingkungan yang berpihak pada alam

Melestarikan alam adalah bagian dari menjaga martabat manusia.


 

Menuju Masa Depan Adaptif: Kolaborasi adalah Kunci

Perubahan iklim bukan tantangan satu pihak, melainkan tugas bersama:

Pihak

Peran Strategis

Pemerintah

Kebijakan, mitigasi, infrastruktur adaptasi

Akademisi & Peneliti

Inovasi teknologi lokal

Dunia Usaha

Investasi hijau, CSR lingkungan

Komunitas

Kearifan lokal & aksi nyata

Anak Muda

Agen perubahan & penyampai pesan

Jika semua bergerak serempak, kita bisa mengurangi risiko dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


 

Penutup: Dari NTT untuk Dunia

Provinsi NTT mengajarkan kita bahwa meski hidup di tengah ancaman iklim, ketekunan dan inovasi mampu menghadirkan harapan. Dari desa-desa yang memanen air hujan hingga kampung ramah lingkungan yang menanam mangrove, semua menunjukkan:

Perjuangan melawan perubahan iklim adalah perjuangan menjaga kehidupan itu sendiri. Bumi kita satu, masa depan kita satu.


Mari bertindak mulai hari ini—untuk esok yang lebih lestari.

_____________________________

Posted by Salman Isnayni